Jumat, 18 Desember 2015

Dalam Berinvestasi, Jangan ikut-ikutan!

Di akhir tahun 90an dan awal tahun 2000 harga properti termasuk tanah di Amerika Serikat  mengalami kenaikan yang gila-gilaan. Bagaimana tidak, tiap tahun, harga properti rata-rata naik lebih dari 30% pertahun. Bahkan, ada seorang Indonesia yang membeli rumah seharga $210.000, 5 tahun kemudian, rumah itu berhasil dijualnya dengan harga $410.000! Jadi bukan hanya serasa tinggal gratis selama 5tahun, tapi malah dibayar $200.000 untuk tinggal selama 5 tahun!
Agaknya, demam properti ini adalah efek dari ajaran ‘guru’ financial,  Robert  Kiyosaki. ‘Street smart’ dari Kiyosaki untuk menjadi kaya dengan membeli rumah dan menyewakannya, membuat berjuta-juta orang melakukan hal yang sama. Karena itulah, harga properti naik gila-gilaan karena permintaan properti juga naik gila-gilaan. Orang-orang berfikir, walaupun dengan KPR -Kredit Kepemilikan Rumah- alias utang bank toh bunga cicilan rumah akan diangsur oleh orang yang menyewa rumah lewat uang sewanya, dengan begitu orang itu berharap menjadi kaya tanpa mengeluarkan uang.
karena terlalu banyak orang yang berpikir seperti itu, maka terjadilah gelembung harga properti dimana harga properti naik diluar batas kewajaran..
Karena tertarik dengan gelembung harga properti itulah, banyak orang yang sebenarnya tidak begitu mampu secara ekonomi, ingin cepat kaya dengan mempraktekkan ‘street smart’ ala Kiyosaki tadi.
Disinilah awal bencana terjadi..
Karena banyak orang yang secara ekonomi tidak mampu, namun ingin kaya dengan membeli rumah memakai  utang baik pada bank atau developernya, terhimpunlah gunungan utang KPR, yang di amerika disebut Subprime Mortgage.
Pada tahun 2007, akhirnya gunungan utang KPR itu pecah…dan utang KPR  senilai lebih dari 2 Triliun dolar lenyap.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tsunami krisis ekonomi dunia di tahun 2008 yang saat ini masih meluluhlantakkan ekonomi Amerika Serikat.
Ada Pelajaran besar yang bisa kita ambil dari hal ini,yakni..
Jangan ikut-ikutan!!!
Perasaan ‘tidak ingin ketinggalan pesta’ membuat banyak orang ikut-ikutan membeli rumah untuk disewakan walaupun sebenarnya tidak mampu. mereka ikut membeli rumah karena teman dan tetangga mereka ‘berhasil’ membeli rumah tanpa uang muka dan berhasil mendapat uang dari hasil sewanya.
Karena terlalu banyak orang yang berniat menyewakan rumahnya, harga sewa tentu akan turun karena berlebihnya stok rumah sewa, akibatnya banyak orang yang tidak mampu membayar cicilan rumah. Ketika banyak orang tidak bisa membayar cicilan rumahnya, maka banyak rumah disita dan dijual. Karena banyaknya rumah yang disita dan dijual, harga rumah anjlok. Akibat dari turunnya harga properti secara cepat, cicilan kredit properti  meningkat karena aset yang dijaminkan ke bank yang berupa rumah, turun nilainya. Bola  salju terus bergulir dengan makin banyaknya orang yang gagal membayar cicilan kredit rumahnya. Hasil akhirnya adalah bangkrutnya developer pembangun properti karena turunnya harga dan penjualan perumahan, bangkrutnya bank yang memberikan KPR, dan kehancuran massal semua bisnis yang berhubungan dengan properti. Yang akhirnya menciptakan tsunami krisis ekonomi dunia 2008..
Pelajaran besarnya..
Lebih baik ‘ketinggalan pesta’ daripada menguras harta..
Jangan Ikut-ikutan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar